Minggu, 24 November 2013

Suara Kita

Saat matahari tersenyum
Tampak wajah-wajah cerah berseri disana
Seolah mampu takhlukkan dunia
Datang dengan wibawanya
Dengan jas, dengan kertas, dengan pena
Siap mengantar ilmu pada dunia
Tangan-tangan yang sigap dan cekatan
Merangkul ilmu menyongsong cita-cita
Namun dalam perjalanannya
Mereka berjalan dengan tertatih
Bukan karena tak raga tak mampu
Hari berganti hari, mereka
Terjatuh perlahan-lahan, satu demi Satu
Hingga akhirnya keputus asaan itu tiba
Mengapa?
Mereka yang tak kuat menanggung hidup tetap terjatuh
Mereka yang masih tegak hanya berharap pada janji kosong
Janji manis oleh para jas berdasi
Sampai kapan?
Salahkah jika kita menuntut?

Salahkah mereka yang putus asa?

Selasa, 12 November 2013

Ojo Lali

Hay Sobat,, Adira Punya Blog Baru Ne,,,
Jangan lupa mampir ke Blog Adira Rusmay Yaahh........
Eiitttssss..... jangan lupa tinggalkan comment juga..
Thank you....

Adakah Dia Untukku



Bait-bait puisi ini………
Mencari sosok yang ku pertanyakan
Ada namun hanya dalam angan-angan belaka
Entah bersembunyi di mana sosok itu
Raga yang berdiri tegak tak dapat berbicara
Ku teringat akan…
Senyum itu,,,,,
Tutur kata itu,,,,,,
Tatap mata itu,,,,
Bahkan sentuhan itu,,,,,,,,,,
Semua telah ku rasa
Namun tanpa jiwa yang entah juga tanpa cinta
Yang ku ingin
Senyummu..
Tatapanmu..
Tutur katamu…
Dan sentuhanmu…
Dari jiwa yang tertanamkan cinta
Keinginan tuk berbicara namun bibir ini enggan untuk berkata

Sanggupkah cinta itu datang untukku???????????

Bantu Aku Membencimu





Air mata itu….
Jatuh membasahi dermaga selatan
Entah karena apa…
Mencoba mencari jejak
Mencoba mencari jawaban hati
Merindu saat jauh namun,
Benci saat dekat
Katamu manis di setiap hati
Tak kah kau rasa mereka, bahkan aku juga
Telah terjebak oleh manismu
Entah sampai kapan
Akupun tak tahu cemburu ataukah dendam
Bantu aku untuk mencari arti kebencian
Bantu aku untuk tak mengingatmu

Walaupun kan seperti  bintang di pagi hari

Kepingan Tak Berarah





Terbaring tanpa makna
Di perdaya oleh waktu sia-sia
Sebuah angan melulur pahit
Tanpa senyum, tanpa kata
      Batinpun tak mau lagi merasa ( mati )
      Bak kerang hanya cangkangnya
      Hanya terbiasa dengan kebisuan hati
      Tak mampu meraih, merangkak pun tak bisa
Sebatas jeritan hati yang bisu
Membagi air mata
Tanpa ada yang menerima
Hanya kosong  , hampa dan kelabu
      Merasa sendiri dan sendiri
Di antara kepingan emas yang tak berarti