Senin, 06 Oktober 2014

travel writing puisi ranu kubolo

Ranu Kumbolo
Aku masih seperti kumpulan embun yang terus mengalir
Ditengah-tengah dinding belantara
Gugusan cemara yang masih setia disekelilingku
Padamu aku ingin bercerita
Sekian jejak kemarin, kubiarkan berlalu
Hanya sekadar menyapa masalalu
Dibawah gunung-gunung yang sendu
Disekeliling hutan yang masih riuh
Dan lembah cinta kata mereka
Saat aku masih tak punya nama
Bisikan angin membuatnya menghampiriku
Sepintas terlihat tampang yang tak rupawan
Mendekat dan mendekat
Perlahan tenggelam dalam perutku
Dengan mutiara pelangi dari puncak dinding persembunyianku (Semeru)
Kumbolo...Kumbolo
Aku saat ini
600 hingga 800 peluh
Kepada pundakku, sejenak kau terbaring
Seperti halnya pengembara yang tertahan penggalan surya
Siapa saja mengenalku
Aku adalah Kumbolo
Hingga tak bisa kuhitung kembang kamboja
yang  menggugurkan derai masalalunya
Disetiap pojok kupingku terselip tonggak kenangan
Mungkin sejarah bagi mereka
Pane, Regulo, Tompe sama sepertiku
Seperti penyair yang menyuguhkan bait-bait indahnya
Seperti penyihir yang menyulap seluruh indra
Kaki panjangku jembatan Semeruku
Entah sampai kapan kejernihanku
 Sementara kehidupan di luar sana keruh dan ricuh
Tangan-tangan usil yang tak lagi menghargai kejujuran negri ini
Aku risih dengan ranjau dipundakku
Namun aku adalah Kumbolo
Yang menciptakan kesunyian
Aku adalah kumbolo sang adnan semeru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar