Ranu Kumbolo
Aku masih seperti kumpulan embun yang terus
mengalir
Ditengah-tengah dinding belantara
Gugusan cemara yang masih setia disekelilingku
Padamu aku ingin bercerita
Sekian jejak kemarin, kubiarkan berlalu
Hanya sekadar menyapa masalalu
Dibawah gunung-gunung yang
sendu
Disekeliling hutan yang
masih riuh
Dan lembah cinta kata
mereka
Saat aku masih tak punya
nama
Bisikan angin membuatnya
menghampiriku
Sepintas terlihat tampang
yang tak rupawan
Mendekat dan mendekat
Perlahan tenggelam dalam
perutku
Dengan mutiara pelangi
dari puncak dinding persembunyianku (Semeru)
Kumbolo...Kumbolo
Aku saat ini
600 hingga 800 peluh
Kepada pundakku, sejenak kau terbaring
Seperti halnya pengembara yang tertahan penggalan
surya
Siapa saja mengenalku
Aku adalah Kumbolo
Hingga tak bisa kuhitung kembang kamboja
yang
menggugurkan derai masalalunya
Disetiap pojok kupingku terselip tonggak kenangan
Mungkin sejarah bagi mereka
Pane, Regulo, Tompe sama
sepertiku
Seperti penyair yang
menyuguhkan bait-bait indahnya
Seperti penyihir yang
menyulap seluruh indra
Kaki panjangku jembatan
Semeruku
Entah sampai kapan kejernihanku
Sementara
kehidupan di luar sana keruh dan ricuh
Tangan-tangan usil yang tak lagi menghargai
kejujuran negri ini
Aku risih dengan ranjau dipundakku
Namun aku adalah Kumbolo
Yang menciptakan kesunyian
Aku adalah kumbolo sang adnan semeru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar