She Diramayanti
Senin, 06 Oktober 2014
travel writing puisi ranu kubolo
Ranu Kumbolo
Aku masih seperti kumpulan embun yang terus
mengalir
Ditengah-tengah dinding belantara
Gugusan cemara yang masih setia disekelilingku
Padamu aku ingin bercerita
Sekian jejak kemarin, kubiarkan berlalu
Hanya sekadar menyapa masalalu
Dibawah gunung-gunung yang
sendu
Disekeliling hutan yang
masih riuh
Dan lembah cinta kata
mereka
Saat aku masih tak punya
nama
Bisikan angin membuatnya
menghampiriku
Sepintas terlihat tampang
yang tak rupawan
Mendekat dan mendekat
Perlahan tenggelam dalam
perutku
Dengan mutiara pelangi
dari puncak dinding persembunyianku (Semeru)
Kumbolo...Kumbolo
Aku saat ini
600 hingga 800 peluh
Kepada pundakku, sejenak kau terbaring
Seperti halnya pengembara yang tertahan penggalan
surya
Siapa saja mengenalku
Aku adalah Kumbolo
Hingga tak bisa kuhitung kembang kamboja
yang
menggugurkan derai masalalunya
Disetiap pojok kupingku terselip tonggak kenangan
Mungkin sejarah bagi mereka
Pane, Regulo, Tompe sama
sepertiku
Seperti penyair yang
menyuguhkan bait-bait indahnya
Seperti penyihir yang
menyulap seluruh indra
Kaki panjangku jembatan
Semeruku
Entah sampai kapan kejernihanku
Sementara
kehidupan di luar sana keruh dan ricuh
Tangan-tangan usil yang tak lagi menghargai
kejujuran negri ini
Aku risih dengan ranjau dipundakku
Namun aku adalah Kumbolo
Yang menciptakan kesunyian
Aku adalah kumbolo sang adnan semeru
travel writing puisi watu godeg
Watu Godeg
Kabut masih membungkus dedaunan jati
Nampak rimbun dibelantara terasing
Bukit, Goa, Danau adalah dayang-dayangku
Pengantar jiwa yang haus nafsu keindahan
Senyum, tawa dan gelisah datang padaku
Menyaksikan aku yang berdiri tegak menantang ciuman ombak
Ke kiri dan ke kanan aku menggelengkan kepala
Entah, aku jau tak mengerti
Mereka atau aku yang menggeleng
Menggeleng karena belaian ombak, mungkin tidak
Atau mereka yang menggeleng melihatku berdiri menantang ombak
panorama
Watu godek...
Mereka bilang
Mereka jadikan aku artis,
Bergoyang ditengah haru biru
Aku bisa menangis
Perih, menjadi saksi bisu peanggul kehidupan
Dayang-dayangku terkotori oleh nafsu
Hingga mengundang sang empuku
Mereka menyanjungku
Namun mereka menanam bibit hina di singgasanaku
Arida : Sinopsis novel cinta bertabur di langit Mekkah

Apresiasi Prosa
Sinopsis Novel Cinta
Bertabur di Langit Mekkah
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Matakuliah Apresiasi Prosa
Dosen Pengampu Ibu
Furoidhatul Husniah
Disusun
oleh
Arida Rusmayanti (
130210402029)
UNIVERSITAS JEMBER

Judul : Cinta bertabur di langit Mekkah
Penulis :
Roidah
Penerbit
: Erlangga
Tahun
: 2009
Deskripsi Buku : 220 hlm.; 19 cm.
Peresensi : Arida Rusmayanti
NIM : 130210403029
Cinta Bertabur di Langit Mekkah
Novel Cinta Bertabur di Langit Mekkah karya Roidhah
merupakan novel yang bergenre roman bertabur islami. Novel ini bisa dikatakan
bagian yang paling “Rileks” menghanyutkan pembaca pada nuansa islami. Novel ini
tidak hanya menampilkan kisah yang berbau romansa saja, tetapi konsep nuansa
islam yang sangat mendalam juga dituangkan dalam cerita ini. Sehingga menjadi
suatu komponen cerita yang menarik dan asyik untuk dibaca. Namun konflik yang
kurang digarap dengan detail dan tajam membuat nove ini sedikit kurang. Dan
konflik batinnya juga kurang dikembangkan.
Novel ini
bercerita tentang kisah seorang gadis yang telah lelah dalam pencarian
duniawinya. Meskipun beberapa prestasi telah di raihnya, tetapi justr
kekosongan yang memenuhi batinnya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk berlabuh
ke tanah Madinah, Mekkah dan mina bersama kedua orang tuanya. Rhada mengabarkan
kepergiannya ke Tanah Suci pada Osman. Baginya Osman masih sangat berarti
karena hatinya pernah terpenjara selama 14 tahun di balik jeruji pesona Osman,
namun beberapa bulan menjelang keberangkatannya, dia yakin telah membebaskan
hatinya dari Osman.
Rhada dan
keluarganya berangkat ke Tanah Suci. Mereka memilih untuk mengerjakan haji
Tamattu’. Proses haji Tamattu’ ,jemaah haji menggenakan pakaian ihram ketika
melaksanakan tawaf dan sa’i umrah, tawaf haji dan rukun haji. Sementara sebagai
ganti untuk hewan korban jemaah haji memastikan mereka membawa uang untuk
membeli hewan korban di Tanah Arab oleh pihak yang memang bertugas mengurus hal
tersebut.
Di tanah
suci Rhada bertemu dengan seorang lelaki yang sering membantunya di kala Rhada
kesusahan yang bernama Yusuf. Dia seorang pengusaha sukses asal Jakarta. Rhada
akui bahwa hatinya menyukai Yusuf. Dan kedua orangtuanya pun terkesan dengan
sikap Yusuf yang selalu menolong rombongan haji asal Indonesia yang
kesusahan.Saat sedang berjalan-jalan di pasar bersama kedua orangtuanya, ada
sebuah suara yang tak jauh dari samping Rhada memanggilnya. Rhada menoleh ke
kanan dan kedua orangtua Rhada ikut berhenti. Wajah gadis itu langsung terkejut
karena melihat sosok seseorang yang berasal dari masa lalunya. Dia adalah Rudi,
teman Rhada semasa duduk di bangku SMA. Mereka tidak pernah sekelas, tetapi ada
kisah yang membuat gadis itu mengenal Rudi, dan untuk seumur hidupnya tak akan
pernah melupakan lelaki tersebut.
Rhada tak
pernah tahu siapa Rudi selama dua tahun pertamanya di SMA. Namun saat Rudi
menyatakan cinta kepadanya Rhada tak bisa melupakan sosok lelaki itu. Dan Rhada
pun tak pernah menjawab pernyataan cinta dari Rudi. Awal pertemuan Rhada dengan
Rudi di Mekkah hanya diisi dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Namun
setelah seringnya mereka berjumpa di Mekkah, Rudi menagih kembali jawaban Rhada
atas pernyataan cintanya dan mengajak Rhada untuk menikah. Rhada sempat
bingung, tapi akhirnya dia yakin bahwa Rudi bukanlah pengisi hatinya. Walaupun
Rhada terpesona dengan sosok Rudi yang sekarang karena Rudi terlihat lebih
islami, Rhada menolak Rudi dengan halus. Rhada berdoa semoga Rudi bisa menerima
jawabannya dengan ikhlas dan mendapatkan sosok pengganti Rhada yang lebih cocok
untuk Rudi.
Doa Rhada
nyatanya didengar Allah, tak berapa lama
ketua rombongan haji yang diikuti Rhada mengumumkan bahwa Rudi akan
melangsungkan pernikahan dengan Mutia. Mutia adalah teman sekamar Rhada selama
di Mekkah, namun tampaknya Mutia sungkan untuk bercerita pada Rhada bahwa
mereka akan menikah. Langsung saja Rhada
memberikan ucapan selamat pada Mutia dan merasa senang karena akhirnya Rudi
bisa menemukan perempuan pengganti dirinya. Serangkaian ibadah haji Rhada di
Mekkah belum selesai. Kali ini dia
berada di Mudzalifah untuk melempar jumrah malam nanti. Itu artinya esok hari
adalah lebaran Idul Adha. Agaknya, itu juga yang membuat telepon genggam Rhada
tak berhenti berbunyi, selain SMS mengucapkan selamat menyambut lebaran haji, juga
ada telepon dari Desi, teman satu kantor Rhada dulu. Desi mengabarkan bahwa
Hendar, teman satu kantor Rhada dan Desi dulu ingin mengajak Rhada menikah.
Namun Desi mengatakan pada Hendar bahwa Rhada tidak menyukainya, melainkan
Rhada menyukai Osman. Hendar yang keras kepala itu tidak mau menyerah, dia
segera mencari nomor ponsel Osman dengan cara apapun. Setelah dia mendapatkan
nomor ponsel Osman, dia menyuruh Osman untuk tidak mengganggu Rhada lagi.
Hendar pun mengaku-ngaku sebagai tunangan Rhada pada Osman. Rhada jelas kaget
dengan berita itu, pantas saja akhir-akhir ini Osman jarang mengiriminya SMS
lagi. Namun Rhada tak mau berlarut-larut memikirkan berita baru itu, langsung
saja dia mengambil air wudlu dan bergegas shalat. Malam bertabur bintang dan
purnama bersinar penuh di atas langit Mekkah.
Mekkah kali
ini serasa begitu melengkapi kebahagiaan yang bersemayam di hati Mutia dan
Rudi. Ya, hari ini adalah hari pernikahan Mutia dan Rudi. Semua orang yang
melihatnya terlihat begitu gembira, termasuk Rhada. Tak dipungkiri Rhada bahwa
dirinya juga ingin segera dipinang seorang lelaki. Terlebih lagi orangtua Rhada
mendesaknya untuk segera menikah. Sungguh di luar dugaan, Yusuf juga ternyata
menyimpan perasaan yang sama pada Rhada. Yusuf melamar Rhada tak berapa lama
setelah pernikahan Mutia dan Rudi usai. Rhada
langsung tertunduk malu dan hanya menjawab ajakan Yusuf untuk menikah dengan
anggukan kepala. Mulut orangtua Rhada dan para jemaah yang sama-sama berasal
dari Indonesia tak hentinya mengucap syukur karena Rhada akhirnya dilamar
Yusuf.
Sepertinya peristiwa dilamarnya Rhada oleh Yusuf
adalah kenangan pahit yang harus diterima oleh Osman. Osman menelepon Rhada dan
mengajaknya untuk menikah. Radha kemudian menelpon balik untuk menjawab lamaran
Osman, Radha menolak lamaran Osman dengan halus dan baik. Yusuf tiada henti
menampakkan wajah cerah senyum pada Radha, seolah lelaki itu mengetahui apa
yang barusan calon pasangan hidupnya lakukan untuknya. Namun Rhada sudah
memantapkan hatinya untuk Yusuf. Sehingga ia lebih memilih Yusuf pria yang ia
kenal di tanah suci. Rencananya Rhada dan Yusuf akan
melangsungkan
pernikahan setelah kepulangan mereka dari Mekkah.
Minggu, 25 Mei 2014
Sejarah sastra angkatan 70-80
MAKALAH
Sejarah Sastra Periodisasi 1970-1980
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Sastra
Disusun oleh
Arida Rusmayanti
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
DAFTAR ISI
Judul
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan pembahasan.............................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1 Sejarah sastra angkatan 70-80.............................................................................. 2
2.2 Ciri-ciri sastra angkatan 70-80............................................................................. 3
2.3 Jenis karya sastra angkatan 70-80........................................................................ 4
2.4 Struktur fisik puisi angkatan 70-80...................................................................... 5
2.5 Tokoh periode 70-80............................................................................................ 6
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 8
3.2 Daftar Pustaka..................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam sejarah sastra Indonesia, karya sastra bisa dibagi berdasarkan
periodisasinya. Periodisasi adalah pembagian kronologi perjalanan sastra atas
masanya, biasanya berupa dekade-dekade. Pada dekade-dekade tertentu dikenal
angkatan-angkatan kesusastraan, misalnya Angkatan Balai Pustaka, Angkatan
Pujangga Baru, Angkatan ’45, Angkatan ’66, angkatan `70 dan Angkatan 2000.Kedua
istilah itu (dekade dan angkatan) bisa digunakan secara bersamaan, bahkan
adakalanya angkatan kesusastraan tertentu diberi nama dekade tertentu.
Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan
bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra
bercorak baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai
terlihat setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai Toda
menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an.Dalam periode 70-an pengarang berusaha
melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas berupa kemungkinan bentuk baik
prosa, puisi drama semakin tidak jelas. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai
Sastra Indonesia sesudah angkatan ‘45 dengan nama angkatan ‘80. Perbedaan
esensial antara kedua versi tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena
keduanya memiliki persamaan, yaitu:
·
Keduanya tidak mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB.
Jassin.
·
Keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan ’45.
·
Keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan Sastra
Indonesia Modern sesudah angkatan ’45.
Kelahiran karya sastra anggkatan 80-an
bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu
pada satu wawasan kelompook. Konsep
tersebut telah menitik beratkan pada kata, tetapi Danarto justru tetap pada pendirianya.
Hal ini sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang
estetik priode 80-an. Pada priode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan
dan pergeseran estetik khususnya pada kata. Dasar tersebut menyebabkan lahirnya
priode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra.
Priode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat
Indonesia untuk menuju kehidupanya yang baru dengan wawasan konstusional.
Priode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra
menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu
kehidupan.
1.2 Rumusan masalah
Ø Sastra periodesasi 70-80
Ø Ciri-ciri sastra angkatan 70-80
Ø Jenis karya sastra angkatan 70-80
1.3 Tujuan Pembahasan
·
Memberikan pengetahuan tentang periode sastra angkatan 70-80
·
Mengetahui ciri-ciri sastra angkatan 70-80
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sastra angkatan 70-80
Sekitar tahun 70-an sebetulnya banyak sekali cipta sastra
baik novel maupun puisi yang dihasilkan, tetapi sayang sekali hingga kini belum
ada ahli bahasa yang memberikan suatu nama angkatan pada periode ini.Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dami N. Toda
dalam kertas kerjanya “Peta-Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dalam Sketsa” yang
diajukan dalam diskusi sastra memperingati ulang tahun ke-5 Majalah Tifa Sastra
di Fakultas Sastra UI (25 Mei 1977). Kertas kerja ini kemudian dimuat dalam
Majalah Budaya Jaya (September 1977) dan dalam Satyagraha Hoerip (ed) Semua
Masalah Sastra (1982).
Menurut Dami, angkatan 70 dimulai dengan novel-novel Iwan
Simatupang, yang jelas punya wawasan estetika novel tersendiri; lalu teaternya
Rendra serta puisinya “Khotbah” dan “Nyayian Angsa”, juga semakin nyata dalam
wawasan estetika perpuisian Sutarji Calzoum Bachri, dan cerpen-cerpen dari
Danarto, seperti “Godlob”, “Rintik”, dan sebagainya.
Periode 70-an telah memperlihatkan pembaharuan dalam
berbagai bidang, antara lain; wawasan estetik, pandangan, sikap hidup, dan
orientasi budaya. Para sastrawan tidak mengabaikan sesuatu yang bersifat
tradisional bahkan berusahan untuk menjadikannya sebagai titik tolak dalam
menghasilkan karya sastra modern.
Konsepsi improvisasi dalam karya sastra dipahami oleh
Putu Wijaya. Ia mengatakan bahwa sebuah nobel hanyalah cerita pendek yang
disambung, sehingga yang penting muncul di dalam penulisan suatu karya sastra
adalah faktor ketiba-tibaan. Sebuah novel, drama, atau cerita pendek ditulis
didalam dadakan-dadakan karena pada saat menulis beragai ide yang datang
dimasukkan ke dalam ide pokok. Unsur tiba-tiba seperti ini yang disebut dengan
uncur improvisasi.
Perkembangan sastra Indonesia periode 70-an maju pesat,
karena banyak penerbitan yang muncul dan bebas menampilkan hasil karyanya
dalam berbagai bentuk. Sutardji menampilkan
corak baru dalam kesussastraan Indonesia di bidang puisi. Alasan tersebut
menyebabkan Sutardji dianggap salah satu tokoh periode 70-an dalam sastra
Indonesia.
Pada tahun 1979 Sutardji menerima hadiah
sastra dari ASEAN. Sutardji Calzoum Bachri dalam puisinya cenderung membebaskan
kata dalam membangkitkan kembali wawasan estetik mantra, yakni wawasan estetik
yang sangat menekankan pada magic kata-kata, serta melahirkannya dalam wujud
improvisasi. Hal itu nyata bila diperhatikan sikap puisinya berjudul Kredo
Puisi yang ditulis di Bandung tanggal 30 Maret 1973 dan dimuat di majalah
Horison bulan Desember 1974.
Periode 80-an
ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia
untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional.Seperti yang
dikatakan Putu Wijaya bahwa kasusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan
makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya
disalurkan agar mengalami proses mengembang dan mengempis masuk ke dalam kehidupan
serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an
lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan
bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan. Para sastrawan
mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas
untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio. Pada
periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat. Perfilman Indonesia
banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif
menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu
Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.
2.2 Ciri-ciri sastra angkatan 70-80
Ø Angkatan ini di dominasi oleh karya sastra
puisi, prosa dan drama.
Ø Penuh semangat eksperimentasi dalam
berekspresi, merekam kehidupan .masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan
penghayatan modernitas.
Ø Muncul para pembaharu sastra Indonesia dengan
karuya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan
Yudhistira Ardi Noegraha dalamm puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dal;am prosa
fiksi, Arifin C. Noer dan Putu Wijaya dalam teater.
Ø Puisi yang dihasilkan bercorak
spritualreligius. Misalnya; Kubakar Cintaku Karya Emba Ainun Najib.
Ø Pada
sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
Ø Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
Ø Karya sastra yang dihasilkan mengangkat
masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik,
dan budaya.
Ø Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan.
Ø Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan
romantis.
Ø Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan
kata dari pengertian aslinya.
Ø Mulai menguat pengaruh dari budaya barat,
dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflikdengan pemikiran timur.
Ø Didominansi oleh roman percintaan.
Ø Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat
dari budaya barat, dimana tokoh utamanyamempunyai konflikdengan pemikiran timur
dan mengalahkan tokoh anta gonisnya.
2.3 Jenis karya sastra angkatan 70-80
1. Puisi
a) Struktur Fisik
·
Puisi begaya bahasa mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa ulangan
kata, frasa, atau kalimat. Gaya bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gaya
hiperbola untuk memperoleh efek yang sebesar-besarnya, serta menonjolkan
tipografi.
·
Puisi konkret sebagai eksperimen.
·
Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberikan kesan ekspresif.
·
Banyak menggunakan permainan bunyi.
·
Gaya penulian yang prosaik.
·
Menggunakan kata yang sebelumnya tabu.
b)
Struktur Temantik
·
protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi
·
kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan objek pembangunan
·
banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistis.
·
cerita dan pelukisnya bersifat alegoris atau parable.
·
perjuangan hak-hak azasi manusia; kebebasan, persamaan, pemerataan, dan
terhindar dari pencemaran teknologi modern
·
kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap
mereka yang lemah, dan kritik tentang penyelewengan.
2. Prosa dan Drama
a)
Struktur Fisik
·
melepaskan ciri konvensional, menggunakan pola sastra “asurd” dalam tema,
alur, tokoh, maupun latar.
·
menampakkan ciri latar
kedaerahan“warna lokal”.
b)
Struktur Temantik
·
sosial: politik, kemiskinan, dan lain-lain.
·
Kejiwaan.
·
Metafisik
2.4 Struktur fisik puisi angkatan 70-80
Ø Puisi Konvensional
Puisi yang memiliki struktur lahir demikian, memiliki berpuluh baris yang
dibagi dalam beberapa bait. Larik-larik dalam bait itu ditulis selalu dari
tepi, terdiri dari beberapa kata yang ditata secara harmonis,selalu ditemui
keserasian, persamaan bunyi, yang menciptakan kemerduan dan persajakan.
Ø Semi Konvensional
Penataan barisan-barisan tidak selalu di tepi, akan tetapi barisan-barisan
tertentu ditulis lebih ke kanan,kata yang seharusnya ditulis berderet dalam
satu baris dibuat beberapa baris, tetapi dengan cara disusun vertical ke kanan.
Terkadang ada perhentian di tengah baris, lalu kata berikutnya dimulai dengan
huruf capital. Contohnya bisa kita lihat Cita-cita Simbok bagi Indonesia.
Ø Puisi yang Prosais dan seperti Paragraf
Puisi jenis ini dibuat atas larik-larik yang membentuk bait, tetapi atas
kalimat-kalimat yang membentuk paragraph, padat dan lebih puitis, serta makna
yang ditampilkan kebanyakan simbolik. Contohnya dalam buku perahu Kertas karya
Sapardi Joko Damono.
Ø Puisi Simetri
Pembarisan sajak yang dimaksud tidak dimulai dari tepi yang sama, tetapi
dari bagian yang berbeda pada tiap barisan, tergantung dari panjang pendeknya
baris itu., baris dibuat berada di tengah,barisan dibagi secara vertical,
bagian sebelah kiri sama dengan bagian kanan. Contohnya kumpulan puisi 99 Untuk
Tuhanku.
Ø Kata yang Membentuk Lukisan
Puisi ini biasa juga disebut puisi konkret. Contohnya Viva Pancasila oleh Jaihan Suskmantoro.
Ø Judul Puisi Sangat Panjang
Padahal puisi ini yang judulnya termasuk pendek. Ada kesan, ini tidak
imbang, tetapi persoalannya bukanlah masalah imbang dan tidak imbnag. Di sini
pun kita bisa temukan citraan-citraan baru. Contoh : sanjak-sanjak Adri Darmaji
Woko berjudul Cerita Tentang Bapak Tua yang Meninggal Dunia di Pagi Tadi
Disampaikan oleh Seorang Teman yang katanya Mau Jai Penyair,dan lain-lain juga
karya-karya Hendrawan Nadesul Akan jadi Bagaimana Nasib Anak-anakku kalau nanti
Juga Hanya Ada Semangkok Bubur Jagung untuknya.
Ø Puisi dengan Kata Main-main
Di sini penyair menggunakan kata secara seenaknya, spontan, sehingga yang
muncul adalah kata-kata yang yang terasa banal,kotor, lucu atau aneh. Penyair
yang menulis sanjak-sanjak demikian tidak mengakui adanya moral kata. Contoh :
Biarin Karya Yudhistira Ardi Noegraha, Pot, Sang Hai Karya Linus Suryadi A.G.,
kumpulan puisi Sumpah WTS, dan Catatan Harian Sang Koruptor karya F. Rahardi.
Ø Puisi dengan Pemenggalan Suku Kata
Kata kata dipenggal atau suku
katanya secara sengaja, sedangkan penggalan lanjutan diletakkan pada baris
berikutnya.
Ø Puisi Tasauf
Tasauf menanamkan kesadaran jiwa akan kehadiran Allah
dalam diri kita, serta pelaburan kita ke dalam Allah. Contohnya 99 untuk
Tuhanku karya Emha Ainun Najib.
2.5 Tokoh dan karya sastranya
Ø
Tokoh periode `70
·
Goenawan Muhamad
Buku kumpulan puisinya adalah Parikesit (1972), Potret
Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin kundang (1972), Interclude (1973),
Asmarandana (1995), dan Misalkan Kita di Sarajevo (1998).
·
Tufik Ismail
Kumpulan puisinya yang lain adalah Puisi-Puisi
Sepi (1971), Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), dan Sajak-sajak
Ladang Jagung (1975).
·
Sapardi Djoko Damono
Kumpulan-kumpulan puisinya adalah Dukamu Abadi (1969),
Mata Pisau (1974),Akuarium (1974), Perahu Kertas (1984), Sihir Hujan (1989),
Hujan Bulan Juni (1994) dan Ayat-ayat Api (2000).
·
Sutardji Calzoum Bachri
Kumpulan puisinya berjudul O, Amuk Kapak (1981). Selain
itu, kritik sastranya dilontarkan dalam masalah penulisan terkenal dengan nama
kredo puisi.
·
Abdul Hadi W.M.
Kumpulan puisinya Riwayat (1967), Laut Belum Pasang
(1972), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975), Meditasi (1976),
Tergantung pada Angin (1977) dan Anak Laut Anak Angin (1984).
Tokoh periode `80
·
Ahmadun Yosi Herfanda
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)
·
Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
·
Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
·
Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami selesaikan pemakalah dapat menyimpulkan bahwa ,
kesusastraan Indonesia pada dasawarsa 1970-an itu memperlihatkan sebuah
perkembangan penting sebagai sebuah
wacana konseptual, melainkan diikuti dengan sejumlah karya yang dilandasi oleh
kesadaran dan semangat membangun gerakan estetik. Hal tersebut ditandai dengan
lahirnya berbagai karya eksperimental, polemik dan perdebatan mengenai
konsep-konsep kesastraan, serta derasnya semangat melakukan perubahan.
Kelahiran periode 80-an bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari konsepsi
individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok. Atas dasar tersebut lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam
karya sastra.
3.2 Daftar Pustaka
Rosidi, Ajip.1986.Ikhtiar Sejarah Sastra.Bandung: Angkasa
Sujiyono. 1983. Intisari Kesusasteraan Indonesia Untuk SMTA.Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)